彭达基山
Lombok – Insiden tragis di Gunung Rinjani yang merenggut nyawa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, terus menjadi sorotan publik internasional. Di tengah gelombang kritik dan tuntutan keadilan, sosok Ali Musthofa pemandu lokal yang mendampingi Juliana akhirnya angkat bicara.
Ali Musthofa adalah orang pertama yang turun ke jurang saat menyadari Juliana tak lagi berada di belakangnya. Dalam video yang beredar, terlihat ia menuruni tebing Rinjani tanpa perlengkapan standar penyelamatan seperti anchor, harness, karabiner, maupun jumar.
> “Saya hanya pergi beberapa menit. Saya minta dia istirahat karena bilang lelah. Lalu saya kembali. Saya tidak meninggalkannya,” ujar Ali dengan suara lirih.
Dalam kegelapan malam dan medan terjal, Ali melihat samar cahaya senter di dasar jurang. Ia pun nekat turun hanya berbekal naluri dan rasa tanggung jawab.
> “Tali pun tak cukup. Tapi dia tetap turun, meski tak terlihat apa-apa di bawah sana,” tulis salah satu netizen yang ikut menyimak perkembangan kasus ini.
Sayangnya, upaya evakuasi mandiri itu gagal. Medan yang terlalu curam dan minimnya alat membuat penyelamatan tak berhasil. Juliana ditemukan tewas beberapa hari kemudian, di kawasan curam Cemara Nunggal, salah satu jalur paling berisiko di Rinjani.
Ali kini menghadapi hujatan dari publik, termasuk dugaan blacklist dari dunia guiding yang telah menjadi mata pencahariannya.
> “Saya coba turun. Saya gagal. Tapi saya tidak membiarkannya sendiri,” tegasnya.
Tragedi ini memicu kemarahan netizen internasional dan juga polemik antara warga Brasil dan Indonesia di media sosial. Ayah Juliana menyebut anaknya “ditelantarkan”, sementara publik Tanah Air terbagi: sebagian menyalahkan Ali, sebagian lainnya justru memujinya karena mencoba bertindak ketika semua masih diam.
> “Ali Musthofa bukan pahlawan. Tapi ia juga bukan penjahat. Ia hanya seseorang yang memilih bertindak, saat yang lain masih berpikir,” tulis salah satu komentar di media.
Sumber berita: Lombok Post